SEJARAH PULAU TIDUNG

Posted by Unknown Friday, April 26, 2013 0 comments
Bagikan Artikel Ini :
tidung island indonesia
snorkle on board
Sahabat wisata yang baik...

Sejarah pulau-pulau dikepulauan seribu terbagi tiga masa, yang pertama masa kerajaan SEJARAH.  Nama pulau pulau dipulau seribu lebih bersifat mitos, tidak banyak ditemukan bukti sejarahnya, namun pada massa ini sebagai cikal bakal nama pulau pulau dipulau seribu, namun sangat disayangkan dalam perjalanan waktu nama pulau-pulau banyak diganti oleh penguasa dan pengusaha.


Masa kedua kami sebut massa penjajahan, pada massa ini nama pulau-pulau dikepulauan seribu banyak diganti namanya oleh penjajah terutama oleh kolonial belanda, hal ini dibuktikan oleh nama dan peninggalan sejarahnya.



Bagi warga Pulau Tidung Kepulauan Seribu Selatan mungkin tidak asing lagi mendengar nama Wa’Turu atau “Panglima Hitam” yang berasal Cirebon Banten Jawa Barat. Konon ceritanya beliau sudah lahir pada Jaman Kerajaan Syarif Hidayah Tullah dan dipercayai oleh masyarakat setempat adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di Pulau Tidung.



Berawal dari peperangan Kerajaan Syarif Hidayah Tullah melawan Kolonial Belanda dan pasukan yang dipimpin oleh Panglima Hitam kalah dalam perang hingga akhirnya melarikan diri. Saat itulah Wa’ Turu dan beberapa prajurit lainnya melarikan diri Kepulau Tidung untuk mencari perlindungan dari serangan tentara Belanda. Hingga pada akhirnya Datuk dan beberapa sahabatnya memutuskan Pulau Tidung Besar ini di jandikan sebagai tempat persinggahan (tempat tinggal) hingga sampai akhir khayatnya.



Cerita ini bermula dari tabir mimpi Sugeng, salah satu warga Pulau Tidung Besar bertemu dengan si Panglima Hitam, dalam mimpinya ia di perintahkan untuk mencari makam orang pertama ini. Hingga pada tanggal 31 Desember 2006 makam tersebut ditemukan, terdapat disebelah Timur Pulau Tidung Kecil tepatnya di bawah pohon kedongdong Besar serta oleh warga dibersihkan, makamnya pun di Keramik dan hingga sekarang di jadikan tempat Ziarah bagi masyarakat setempat. Peninggalannya pun yang masih tersisah hingga kini diabadikan didekat makamnya seperti Keris,Pedang,Guci, Gendi dan tempat beribadah sewaktu ia masih hidup.



Tidak hanya menjadi tempat Ziarah bagi masyarakat Pulau Tidung saja, makam Wa’Turu (Panglima Hitam) ini juga menjadi salah satu objek wisata sejarah yang mengasikkan bagi warga Jakarta yang berkunjung Kepulau ini. Seperti yang di lakukan oleh anak-anak Universitas Unindra yang bertempat di Pasar Rebo Jakarta Timur mereka asik mengabiskan masa liburan di Pulau Tidung Kecil ini. “selain memancing dan berenang di laut, kami juga bisa mengetahui sejarah di Pulau Tidung ini”, kata Rio salah satu mahasiswa yang ikut berlibur. Ia juga merasa sangat senang bisa berlibur di Pulau Tidung ini. Selain itu hamparan pasir putih dan deru ombak menambah asiknya berlibur di Pulau yang tidak kalah bagusnya dengan wisata yang ada di Bali.



Makam Panglima Hitam yang terletak di Pulau Tidung Kecil Kelurahan Pulau Tidung Besar Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan banyak dikunjungi dari berbagai daerah. Hal ini diungkap oleh Suharta (64) penjaga makam orang pertama di Pulau itu. Warga yang berjirah berasal dari Cilacap, Ciamis, Belitung dan warga dari Pulau Kelapa pun pernah berjiara kemakam ini. “Kebanyak yang berjiarah kemakam ini, untuk mengadakan tahlil dan yasinan untuk meminta keselamatan”, kata Suharta selaku penjaga makam.



Ayah dari 5 orang anak ini juga menambahkan,kebanyakan para pe-jiarah yang datang kemakam ini pada malam jum’at keliwon dan hari libur. Makam yang mempunyai panjang 3,5 meter konon ceritanya adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di Pulau Tidung Kecil ini. Nama makan tersebut adalah Ratu Pendekar Badui atau yang lebih dikenal adalah Panglima Hitam.



Di Pulau tersebut juga terdapat 3 makam yaitu makam Wa’Turu dan Muhammad dua orang ini adalah pengawal setia Ratu Pendekar Badui, pendekar Badui ini melarikan diri bersama kedua pengawalnya kepulau Tidung Kecil untuk menghindari dari kejaran Seh Maulana Malik Ibrahim. Konon Ratu Pendekar Badui adalah seorang non Muslim yang di perangi oleh Seh Maulana Malik Ibrahim, sebelum akhirnya ia masuk dan memeluk agama islam bersama kedua anak buanya tersebut.



Sehingga Pulau Tidung ini dijuluki dengan sebutan Pulau Berlindung. Suharta memang bukan warga Pulau Tidung asli, warga asal Ciracas ini baru 4 tahun tinggal di Pulau Tidung Kecil ini. “Salain menjaga makam saya juga, bercocok tanam dan menanam rumput laut”, kata suami dari Emuh Rohayati ini. Walupun tidak di bayar merawat makam, ia pun merasa rela merawat serta menjaga makam orang pertama ini.



Berbagai peninggalannya pun masih ada seperti pecahan Guci, Piring, Serta besih-besih tua, namun sayangnya tidak di rawat dan di biarkan saja berada di dalam karung.Walaupun belum dijadikan objek wisata lokal oleh Pemerintah setempat,untuk mengatisipasi kelangsungan makam tua itu, inisiatif dari seorang penjaga membuat kotak amal, sehingga dengan begitu bagi penjira setiap datang wajib memberikan sedekah. Dari hasil tersebut kini di dekat makam itu sedang di buat Musolah serta untuk perbaikan makam lain disekirtar makam tersebut.



Tidak haya itu saja 7 makam makam Seh terdapat di Pulau Tidung Kecil ini seperti Makam Seh Maulana Malik Ibrahim, Seh Susu, Seh Subandari, Seh Saidina Ali, Seh Magelang, Seh Kalang Lumajang dan makam Seh Sarif Hidayatullah. Makam yang sudah ada 200 tahun ini kini manjadi primadona bagi para pejiarah baik bagi warga Pulau Tidung maupun dari berbagai penjuru daerah.



Ada sebuah sumur yang hingga kini masih dipercaya warga Pulau Tidung, Kepulauan Seribu Selatan yang bisa mengobat berbagai jenis penyakit. Sumur yang terletak di Pulau Tidung Kecil yang bersebelahan dengan Pulau Tidung Besar dinamai oleh warga Pulau Tidung dengan nama “Sumur Bawang”.



Sumur yang baru ditemukan sekitar pertengahan tahun 2007 ini, dipercayai sudah ada semenjak tahun 1881, pada jaman Seh Maulana Malik Ibrahim. Letaknya sendiri sekitar 25 meter dari makam Ratu Pangeran Badui (Panglima Hitam).



Penemuan Sumur Bawang yang dipercaya bisa mengobati mulai dari penyakit kulit hingga penyakit lain ini, berawal dari penerawangan salah satu orang Kiyai dari Banten Tanggerang yang mempunyai ilmu kanuragan tinggi yang bisa menerawang serta mepunyai indra ke enam.



Sebenarnya, di Pulau Tidung Kecil, ada tiga sumur yang dipercaya warga bisa mengobati berbagai jenis penyakit dan sumur ini yang terakhir ditemukan karena berada di tengah hutan.


Warga yang hendak mengambil air dari sumur ini pun tidak bisa mengambilnya sendiri. Menurut Suharta (64) warga Pulau Tidung ada beberapa syarat yang harus dipenuhi baru kemudian air bisa diambil dan dibawa pulang. Kini, sumur tersebut sudah dipagari untuk menjaga kebersihan sekitar sumur.


sumber:www.paketwisatapulautidung.org



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: SEJARAH PULAU TIDUNG
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://wisatatip.blogspot.com/2013/04/sejarah-pulau-tidung.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment